Saat hati bicara, bicara tanpa kata,
Inginku sampaikan pada dunia,
Tapi tiada yang sudi meminjamkan telinga,
Aku tunduk menanggung derita.
Mudah berkata-kata tanpa berfikir,
Mudah meminta tanpa memberi.
"Ku sangka panas hingga ke petang, rupanya hujan di tengah hari."
Menangis sedih saat tersedar daripada mimpi,
Mimpi sempurna yang tiada penghujungnya,
Bila ku buka mata, semuanya tak serupa.
Realiti itu pahit, sangat pahit.
Bila putih pergi, hitam tiba membawa derita,
Terbaring mengintai langit, memujuk hati menerima ketentuan-Nya.
Mentari pagi bawakan embun sejukkan hati,
Dinginnya malam hembusan angin menenangkan hati,
Namun tidak pula ia mampu menghapus kesedihan.
Manusia itu hidup punya pilihan,
Pilihan yang harus dibuat demi mencapai tujuan,
Tidak ku menyalahkan, kerna itu satu pilihan,
Pilihan yang aku hormati tanpa kau sedari.
"Kan ada satu ketika, kau tak tahu mana nak pergi, jalan betul tak jelas mata, ambil yang sarat duri".
Ya, akan ku lalui yang berduri,
Biar jasadku terluka kerna hati ku sedang bermuram duka.
"Jika teringat tentang dirimu, berlinang air mataku".
"Ku lapangkan dada walau hati terluka, betapa sakitnya apa yang ku rasa, Tuhan kuatkanlah hatiku yang terluka".
Aku melindung tangisan, namun tidak pula inginku berhenti.
Aku tinggalkan lagu ini, kerna itu alasanmu.